Tuesday, February 12, 2008

Pintu Syirik (1) : Ghuluw pada Nabi, Shalihin & Kubur

Benarkah berlebihan mengagungkan Nabi termasuk pintu Syirik ?!?!


Islam datang dengan membawa ajaran tauhid murni, memerangi berbagai bentuk syirik, besar ataupun kecil, memberikan peringatan darinya dengan sangat keras, dan mempergunakan berbagai cara.Yang paing menonjol adalah menutup pintu-pmtu berhembusnya angin kemusyrikan.
Diantara pintu-pintu itu adalah:

1. Ghuluw (berlebihan) dalam Mengagungkan Nabi SAW
Nabi Muhammad saw melarang kita untuk ghuluw (berlebihan) dalam mengagungkan menyanjungnya, beliau bersabda:
"Janganlah kalian melebih-lebihkan aku, sebagaimana umat Nasrani mëlebih-lebihkan Isa bin Maryam, aku tidak lebih adalah hamba-Nya, maka katakanlah: Hamba Allah dan Rasul-Nya”. (Muttafaqun ‘alaih)

Al-Qur’anul karim, saat menyanjungnya dalam maqom (kedudukan) yang paling mulia, Allah mensifatinya dengan Abdullah (hamba Allah), sebagai pengukuhan terhadap makna ini, sebagaimana firman-Nya:
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya al-Kitab (al-Qur’an) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya”. (QS. Al-Kahfi: 1)
Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba- Nya pada suatu malam. (QS Al-Isra’ : 1)

Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya apa yang telah Allah wahyukan. (QS An-Najm: 10)
Rasulullah saw jika melihat atau mendengar sesuatu yang mengarah kepada ghuluw (berlebihan) pada diri beliau, tidak segan-segan melarang orang yang mengucapkan atau melakukannya, serta mengingatkannya kepada sikap yang benar.
Sebagaimana dalam hadits:

Dan Abdillah bin asy-Syikhkhir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Saya datang bersama rombongan bani ‘Amir kepada Rasulullah saw, lalu kami berkata: “Engkau adalah sayyid (tuan) kami. Lalu beliau bersabda: “As- Sayyid adalah Allah tabaraka wata’ala”. (HR. Abu Daud)

Dan Anas bin Malik, bahwasanya ada seseorang berkata kepada nabi Muhammad saw: “Wahai sayyid kami, anak sayyid kami, yang terbaik diantara kami, dan anak orang yang terbaik diantara kami. Lalu Rasulullah saw bersabda: “Wahai manusia, katakan dengan perkataan kalian (sewajarnya), dan janganlah syetan memperdayakanmu, saya adalah Muhammad bin Abdullah, dan Rasul Allah, demi Allah, aku tidak suka kalian meninggikanku melebihi kedudukan yang Allah berikan kepadaku “. (HR. Ahmad dan an- Nasa’i di kitab Amalil Yaumi Wal-Lailah)

Pada waktu Rasulullah saw mendengar seseorang berkata: Masya-Allah wa syi’ta (Atas kehendak Allah dan kehendakmu), beliau bersabda:
Apakah karnu menjadikanku dan Allah sebanding? Akan tetapi katakanlah: Masya-Allah wahdahu (kehendak Allah semata. (HR. Ahmad)

2. Ghuluw (berlebihan) dalam Mengagungkan Orang Salih
Termasuk yang dilarang dan diperingatkan Islam adalah ghuluw kepada orang-orang shalih. Ada satu kaum ghuluw terhadap nabi Isa as, sampai-sampai menjadikannya sebagai anak Allah atau salah satu oknum dalam trinitas, bahkan sebagian lagi mengatakan: “Allah adalah Isa bin Maryam.

Kaum yang lain ghuluw terhadap pendeta dan rahib, lalu menjadikannya sebagai ‘tuhan-tuhan’ selain Allah.
Karena itu, Allah memperingatkan ghuluw ahli kitab ini dan mengecam perbuatan mereka. Allah berfirman:
"Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas (ghuluw) dalam agamamu, dan Janganlah kami mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar” (An-Nisa’ : 171)
Katakanlah: “Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (ghuluw) dengan cara tidak benar, dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad saw) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dan jalan yang lurus “. (QS. Al-Maidah : 77)

Syirik yang pertama kali terjadi di bumi adalah syirik kaum nabi Nuh ‘alaihis-salam, penyebabnya adalah ghuluw terhadap orang-orang shalih.

Tersebut dalam Shahih Bukhari, dan Ibnu Abbas ra, dalam menceriterakan tentang ‘tuhan-tuhan’ musyrikin Makkah, tuhan-tuhan yang bernama: Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr.

Kata Ibnu Abbas radhiyallhu ‘anhuma:
Ini semua adalah nama orang-orang shalih dan kaum nabi Nuh ‘alaihis-salam. Setelah mereka meninggal, setan menyuruh kepada mereka: “Dirikanlah pada majlis-majlis mereka patung-patung, dan bernama patung-patung itu dengan nama merekà. Maka mereka melakukan saran setan itu, dan patung-patung itu tidak disembah. Tetapi setelah generasi mereka meninggal, dan ilmu terlupakan, patung-patung itu pun disembah”. (HR. Bukhari)

Sebagian salaf berkata: “Setelah orang-orang saleh itu mati, mereka menggantungkan sesuatu pada kuburannya, lalu membuat patungnya. Beberapa waktu kemudian, merekapun menyembahnya ”

Dan sini kita mengetahui bahwa ghuluw sebagian kaum muslimin kepada orang yang mereka yakini sebagai saleh dan wali, khususnya mereka yang memiliki cungkup dan menjadi tujuan ziarah mengarah kepada berbagai macam syirik, seperti bernadzar, menyembelih, meminta pertolongan (istighatsah), dan bersumpah dengan nama mereka Bahkan ghuluw mëreka bisa menyebabkan syirik akbar yaitu meyakini bahwa mereka memiliki kekuasaan dan pengaruh di alam wujud ini, memiliki kemampuan di balik hukum kausalitas dan sunnah kauniyyah, sehingga mereka diseru (disembah) selain Allah atau bersama Allah. ini adalah dosa besar dan kesesatan yang jauh.

3. Mengagungkan Kuburan
Termasuk yang diperingatkan Islam dengan sangat keras adalah mengagungkan kuburan, khususnya kuburan para nabi dan orang-orang saleh. Karena itu Islam melarang beberapa hal yang mengarah kepada pengagungan kuburan, yaitu:

a. Menjadikan Kuburan Sebagai Masjid
Imam Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah saw, lima hari sebelum meninggal, bersabda:
Ingatlah, sesungguhnya orang-orang sebelum kalian menjadikan kuburan nabi dan orang saleh sebagai masjid. Ingatlah, janganlah kalian menjadikan kuburan sebagai masjid, sesungguhnya aku melarang yang demikian “. (HR. Muslim)

Dan dan ‘Aisyah dan Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhum, keduanya berkata: “Saat Rasulullah saw dalam sakaratul maut, terus menerus beliau menutupkan selimut ke mukanya, jika gerah, dibuka, lalu bersabda -dalam kondisi seperti itu- : “Semoga laknat Allah tetap untuk Yahudi dan Nasrani, mereka telah menjadikan kubu ran nabi mereka sebagai masjid.”.(Muttafaqun ‘alaih)

b. Shalat Menghadap Kuburan
Rasulullah saw bersabda:
Dan Abi Mirtsid al-ghunawi, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Janganlah kalian duduk di atas kuburan, dan Jan gan shalat menghadap kepadanya�?. (HR. Muslim)
Maksudnya, jangan menjadikan kuburan berada pada posisi kiblat.

c. Memberi Penerangan dan Lampu di Kuburan
Rasulullah saw bersabda:
“Allah melaknat para wanita menziarahi kuburan, dan orang-orang yang menjadikan diatas kuburan masjid dan penerangan (lampu) “. (HR. Ahmad, at-Tirmidz dan lainnya)

d. Membangun dan Mengecat Kuburan
Imam Muslim meriwayatkan dan Jabir radhiyallahu ‘anhu, bahwa ia berkata: Rasulullah saw melarang mengapur (mengecat) kuburan, duduk di atasnya dan membangun di atasnya”. (HR. Muslim)

e. Menulisi Kuburan
Jabir radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah saw melarang mengapur (mengecat) kubu ran, menulisinya, membangun diatasnya dan menginjaknya”. (HR. At-Tirmidzi, Abu Daud, an-Nasa’i, dan Ibnu Majah)

f. Meninggikan Kuburan
Dan Ali bin Abi Thalib rodhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah saw mengutus dan memerintahkannya untuk tidak membiarkan patung kecuali menghancurkannya, dan kuburan tinggi kecuali meratakannya”. (HR. Muslim, Abu Daud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i dan Ahmad)
Di dalam Sunan Abi Daud dijelaskan bahwa Rasulullah saw melarang menambah kuburan dengan bebatuan, batu bata dan semacamnya selain tanah aslinya. Karena itu Salaf yang shalih tidak menyukai penambahan batu bata pada kuburannya.

g. Menjadikan Kuburan Sebagai Perayaanaan
Abu Daud meriwayatkan secara marfu’ dan Abu Hurairah:
Rasulullah saw bersãbda: Janganlah engkau jadikan rumah kalian sebagai kuburan, dan Janganlah engkau menjadikan kuburanku sebagai ‘led (perayaan), dan ucapkanlah shalawat untukku, sebab shalawat kalian akan sampai kepadaku dan tempat kalian berada”. (HR. Abu Daud dan Ahmad)

Abu Ya’la meriwayatkan dan ‘Ali bin Husain, bahwasanya ia melihat seorang lelaki mendatangi sebuah celah di dekat kuburan Nabi saw, ia memasukinya dan berdo’a, maka Ali bin Husain melarangnya seraya berkata, tidakkah aku ceritakan kepadamu apa yang diceritakan bapakku dan kakekku, dan Rasulullah saw, beliau bersabda:
Janganlah kalian menjadikan kuburanku sebagai 'Ied dan rumah kalian sebagai kuburan, sebab ucapan salam kalian sampai kepadaku dari tempat kalian berada".
Maksud 'menjadikan kuburan sebagai 'Ied' adalah: rnenjadikannya sebagai tempat berkumpul, duduk-duduk di sekelilingnya dan semacarnnya.

Kuburan Rasulullah saw adalah kuburan yang paling utarna di atas muka bumi. Jika beliau melarang kuburannya sebagai ‘led, maka kubur lainnya lebih dilarang lagi, siapapun dia.

Mengucapkan shalawat dan salam kepada RasuIullah saw sudah mencukupi, sebab shalawat dan salam itu akan sampai kepada beliau, dan manapun datangnya.

No comments: