Tuesday, February 12, 2008

Syirik Kecil (4) : Menyembelih dan thiyarah

Penasaran?!?!
dibaca dunk! :-)


10. Menyembelih Untuk Selain Allah
Termasuk syirik adalah menyajikan qurban dalam menyembelth untuk selain Allah. Telah menjadi kebiasaan dan tradisi kaum musyrikin pada semua bangsa untuk menyajikan sembelihan kepada ‘tuhan’ dan berhala mereka, lalu Islam membatalkan dan mengharamkan tradisi tersebut.

Allah berfirman:
“Dan (daging) yang disembelih atas narna selain Allah”. (QS. Al-Maidah: 3)
Maksudnya, binatang yang disembelih dengan nama selain Allah, seperti berhala dan semacamnya.

Termasuk dalam hal ini juga adalah:
“Dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala”. (QS. Al-Maidah : 3)
Maksud nushub adalah apa saja yang ditegakkan, seperti batu, pohon, atau berhala, untuk disembah, atau diagungkan, atau dimintai berkah.

Ayat tiga (3) dan surat al-Maidah ini memerintahkan agar menyembelih untuk Allah semata. Karena itu, Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya agar menjadikan shalat dan sembelihannya untuk Allah:
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah”. (QS. Al-Kautsar : 2)
Dan agar supaya mengumumkan kepada kaum musyrikin bahwa petunjuk-Nya dalam shalat dan berkurban berbeda dengan yang mereka miliki: “Ka takanlah: “Sesungguhnya shalatku, kurbanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya, dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku “. (al-An’am 162-163)
Yang dimaksud nusuk pada ayat di atas adalah menyembelih dengan tujuan taqarrub (mendekatkan diri).

Tersebut dalam hadits:
“Dan ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Rasulullah saw menyampaikan empat kalimat (ajaran) kepadaku: “Allah melaknat orang yang melaknat orang tuanya, Allah melaknat orang yang menyembelih bukan untuk Allah, Allah melaknat orang yang melindungi penjahat (kriminal) dan Allah melaknat orang yang mengubah batas-batas (tanda- tanda) tanah”. (HR. Muslim, juga an-Nasa’i dan Ahmad)

“Dan Thariq bin Syihab: Bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “Seseorang masuk surga karena lalat, dan seseorang masuk neraka karena lalat”, — maksudnya disebabkan oleh lalat— . Para sahabat berkata: “Bagaimana itu terjadi wahai Rasulullah saw? Beliau menjawab: “Ada dua orang melewati satu kaum yang memiliki berhala, tidak seorangpun boleh melewati mereka sehingga menyajikan sesuatu sebagai kurban. Mereka berkata kepada salah seorang dan keduanya: “Sajikan kurban !!. Ia menjawab: “Saya tidak mempunyai sesuatu “. Mereka herkata: “Sajikan kurban meski pun seekor lalat..!!.
Setelah ia menyajikan lalat, mereka mengijinkannya berlalu, kemudian diapun masuk neraka. Mereka berkata kepada yang lainnya, “Sajikan kurban!! Ia menjawab: “Aku tidak akan menyajikan sesuatu pun kepada selain Allah” Lalu mereka memenggal lehernya (membunuhnya), kernudian, ia pun masuk surga” (HR. Ahmad)

Hadits diatas menjelaskan bahwa Nabi saw meyanjung orang mukmin tersebut dan mengabarkan bahwa ia masuk surga, sebab ia bersabar menghadapi pembunuhan dan tidak mau menyajikan apapun untuk selain Allah, sebab ia mengutamakan prinsip sebelum yang lainnya. Barangsiapa menyajikan lalat untuk selain Allah, bisa saja setelah itu, ia akan menyajikan unta.

Sebagai bagian dan keseriusan Islam untuk menjaga tauhid dan menjauhi syirik, ia melarang agar tidak dilakukan penyembelihan untuk Allah di tempat penyembelihan untuk selain Allah, sebagaimana dalam hadits Tsabit bin ad-Dhahhak yang telah disebutkan di muka tentang seseorang yang bernadzar hendak menyembelih unta di Buwanah.

11. Thiyarah (Berperasaan Sial Karena Melihat, Mendengar atau Bertemu Sesuatu)
Thiyarah termasuk syirik; yaitu: Adanya rasa pesimis (sial atau tidak beruntung) yang disebabkan oleh suara yang didengar, atau sesuatu yang dilihat atau semacamnya. Jika hal itu menjadikan seseorang menarik din dan hajat yang telah ia kukuhkan, seperti bepergian, menikah, berbisnis, dan semacamnya, maka ia telah masuk ke dalam syirik, sebab:
• Ia tidak ikhlas (murni) dalam ber-tawakkal kepada Allah.
• Berpaling kepada selain Allah dan memberikan tempat untuk tathayyur pada dirinya.

Rasulullah bersabda:
Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Rasulullah saw bersabda; “Barangsiapa mengurungkan hajatnya karena thiyarah (merasa sial dengan sesuatu), berarti telah syirik”. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah saw, apa kaffarat (pelebur dan penebusnya)? Beliau bersabda: “Hendaklah salah seorang dan mereka berkata: “Ya Allah, tidak ada kebaikan kecuali kebaikan-Mu, tidak ada kesialan, kecuali dan-Mu, tidak ada Tuhan selain diri-Mu “, (HR. Ahmad)

Adapun sesuatu yang membuat seseorang was-was atau takut mendapatkan keburukan dan sesuatu, hal ini tidak mempengaruhi dan tidak membahayakar (keimanan), jika ia tetap melakukannya dengan bertawakkal kepada Allah, dan tidak mengurungkan tujuannya karena tathayyur (merasa sial dengan sesuatu).

Rasulullah saw bersabda:
Thiyarah adalah syirik, Thiyarah adalah syirik, dan tiada seorangpun dari kita kecuali (merasakannya). hanya saja Allah menghilangkannya dengan tawakkal kepada-Nya”. (HR. Abu Daud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad)
Maksud “Tiada seorangpun dari kita kecuali ..“ adalah: Tidak seorangpun dari kita kecuali di dalam hatinya ada sesuatu darinya, karena kelemahan manusiawi. Hanya saja, seorang mukmin mempunyai kelebihan, yaitu bahwa Allah menghilangkan lintasan-lintasan itu dari hatinya disebabkan oleh tawakkal-nya kepada Allah.

Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya”. . (QS. At-Thalaq: 3)

Lawan dan thiyarah adalah tafa’ul, yakni optimis, harapan baik. Maksudnya memprediksikan kebaikan berdasarkan apa yang ia dengar atau sesuatu yang ia lihat atau semacamnya.

Rasulullah mencintai tafa’ul yang baik. Tersebut dalam hadits:
Dan aku menyukai al-fa’l. Para sahabat bertanya: “Apa itu al-fa’l ? Beliau menjawab: “Kata-kata yang baik’. (Muttafaqun ‘alaih)

Contoh tafa-ul : Ada seseorang sakit, lalu mendengar orang lam berkata: “Wahai orang yang sehat, lalu ia bertafa-ul (berharap) sehat ... ini adalah sesuatu yang baik, sebab, mengajak kepada terbentangnya harapan dan husnudz-dzan kepada Allah. Berbeda dengan thiyarah (merasa sial dengan sesuatu), sebab di dalamnya mengandung su`udz-dzan kepada Allah, dan memprediksikan bencana tanpa adanya sebab yang mengarah kepadanya.

No comments: